SEJARAH SENI
BENJANG DARI KAMPUNG CIWARU
Kel Benjang “Panca Warna” pimpinan Al
Wasim
Terekdengklok-Ciwaru (1920-1947)
Kel Benjang “Panca Warna “ pimpinan
Salhasik
Ciwaru(1947-1959)
Kel Benjang “Panca Warna” pimpinanan
Barna dan Basar
Ciwaru (1959-1976)
Kel Benjang “Panca Warna” pimpinana Idi
Ciwaru(1976-1979)
Kel Benjang Panca Warna pimpinana Asdia
Ciwaru (1979-1983)
Kel Benjang “Pusaka Al Wasim Muda”
bimbingan Basar
Ciwaru (2004-20..)
Ada masa
kefakuman antara tahun 1983-2004, sehingga melahirkan kelompok benjang kombinasi
“Mekar Harapan” asuhan Bah Emed.
· Bah Emed
Bah emed
menuturkan bahwa bentuk seni benjang gulat yang dikenal masyarakat saat ini,
baru ada sekitar tahun 1926. Sebelumnya bentuk seni benjang khususnya di
kampung Ciwaru berupa seredan, dogongan, atau panceran/panciran.
|
· Bah Didi
Pada tahun
1972 kelompok seni “Kandaga Kencana”, yang dipimpin oleh Yoyoy
Yohana, mempunyai tujuan melestarikan topeng benjang. Untuk itu mereka
mencari pemain waditra kendangan, juga pewaris serta penerus benjang Al
Wasim, yang dianggap sebagai pelopor seni tersebut. Pilihan pun jatuh pada
Bah Didi. Lewat kegiatan kelompok seni “Kendaga Kencana” ini Bah Didi bisa
memperkenalkan seni tari topeng benjang ke tingkat nasional. Namun sayang
kegiatan ini akhirnya terhenti menjelang tahun 1980-an seiring dengan makin
tidak aktifnya kelompok tersebut.
|
· Aki Oyod
Aki Oyod berusaha mendiirikan kembali kelompok Benjang
“Pusaka Gelar Putra” sebagai penerus kejayaan kelompok Irtasan.
Dia mengaku walau kelompok Irtasan lebih dahuluu eksis
dibandingkan kelompok Al Wasim, namun dalam kreatifitas dan pengembangan,
mereka kalah bersaing dengan kelompok Ciwaru tersebut.
Kreatifitas kelompok Al Wasim saat itu menjadi fenomena
yang sangat menakjubkan bagi pecinta dan para tokoh benjang di Sekemandung
khususnya. Baik dilihat dari sisi kelengkapan property, pola tabuh, atau saat
para pemain dalam keadaan trance atau dijadikeun, serta
pertunjukan topeng benjang.
Meski kalah bersaing, kelompok Irtasan berusaha tetap
eksis hingga awal jaman Orde baru. Memasuki awal orde baru pengembangan
benjang di Sekemandung di ambil alih oleh kelompok Saptari, semua waditra
serta property benjang milik kelompok ini diwariskan kepada kelompok Saptaru.
Namun sepeninggal Aki Saptari barang-barang tersebut dikembalikan lagi kepada
Aki Oyod sebagai pewaris kelompok Irtasan.
|
· Bah Tarpi
Selain acara hajatan, menurut Bah Tarpi pergelaran benjang
gulat juga diadakan secara besar-besaran setiap taun sekali pada peringatan
hari ulang tahun Ratu Wilhelmina dari kerajaan Belanda. Perayaan
sering diadakan di sekitar pabrik aci milki mas Hasandikarta di desa Warung
Gede-Cileunyi. Pada peristiwa itu jago-jago benjang dari berbagai daerah
berdatangan untuk menjajal kemampuannya masing-masing termasuk di antaranya
Bah Tarpi sendiri.
|
· Bah tirta
Mad Sari adalah tokoh seni terebangan yang sangat berjasa
dalam melahirkan seni benjang di awal perkembangan seni tersebut. Ia menjadi
guru seni terebangan kelompok mas Hasandikarta. Bersama Santari atau Antari,
dia membuimbing para tokoh seni benjang dari Ciwaru dan sekitarnya, seperti
Al Wasim dan Ama Karma..
Menurut Abah Tirta rumpaka (syair lagu) daam seni
terebangan dapat dibagi mnejadi tiga kelompok yaitu lagu lalugu, lagu
tambahan, dan lagu hiburan. Bahan kayu pembuat waditra terebangan berkualitas
terbaik harus terbuat dari kayu kiara atau kanyere. Kulit yang digunakan
untuk pembuatan terebangan yang terbaik harus terbuat dari kulit mencek
(rusa).Sedangkan
untuk waditra kendang, harus terbuat dari kulit eneng (anak kerbau). Konon
dahulu pernah ada waditra terebang yang terbuat dari kulit meong (macan).
Kulit meong dipercaya berhawa panas , sehingga saat waditra trsebut digunakan
berakhir dengan keributan.
|
· Bah Atmadi
Bah Atmadi yang merupakan salah seorang panayaga kelompok
Ama Karma, sehingga dari beliau dapat digali informasi mengenai
kelompok Ama Karma.
Ama Karma
awalnya bukan seorang pelaku benjang. Dia
adalah pembuat waditra serta property benjang. Namun atas saran Al Wasim
serta bimbingan Mad Sari akhirnya Ama Karma dibantu para puteranya Endang dan
Endin menjelang tahun 1950-an membentuk kelompok sendiri di kampung
Cipanjalu.
Pada tahun 1934, keluarga Ukria mengadakan khitanan
puteranya. Untuk meramaikan acara khitanan puteranya tersebut, keluarga Ukria
mengundang kelompok benjang Al Wasim. Seusai pertunjukan tersebut ia
mengutarakan keinginannya untuk mempelajari seni tersebut dan bergabung ke
dalam paguyuban “Panca Warna”. Al Wasim menerima permintaan tersebut, karena
ia pun tahu kalau Bah Ukria pada saat itu adalah salah satu tokoh seni pencak
silat yang sangat disegani di Ujung Berung. Namun khusus untuk
keinginannya memperdalam kesenian benjang, Bah Wasim menganjurkan agar
keluarga Ukria bergabung dengan Ama Karma untuk mebuat kelompok baru.
Akhirnya keluarga Ukria bergabung dengan kelompok Ama Karma.
|
D. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945)
Pada
masa ini, banyak seniman benjang yang menghentikan kegiatannya akibat kebijakan
pemerintah Jepang yang membatasi setiap kegiatan pengerahan masa. Namun secara
umum pertunjukkan Benjang masih bisa digelar walau dengan pengawasan yang
ketat, khususnya Benjang Gulat sendiri hanya bisa dilksanakan pada siang hari.
E. Masa Awal Kemerdekaan (1946-1949)
Memasuki
awal kemerdekaan suhu politik tidak menentu. Sebagian besar penduduk
ujungberung mengungsi ke berbagai daerah di Jawa Barat, atau pindah mendekati
pusat Kecamatan Ujungberung dengan alasan keamanan (dampak ini di kemudian hari
melahirkan grup-grup Benjang Helaran baru yang berdomisili tidak jauh dari
pusat kota kecamatan tersebut). Sebagian para seniman dan jawara Benjang
mendaftarkan diri sebagai TKR (Tentara Keamanan Rakyat). Walau begitu pada
tahun 1948, tercatat ada satu pergelaran seni Benjang akbar yang diadakan
bersama ‘pasar malam’ untuk merayakan kenaikan tahta Ratu Yuliana dari negeri
Belanda di Alun-Alun Ujungberung dan sekitarnya.
F. Masa Orde Lama (1950-1965)
Selepas
Agresi Belanda, penduduk Ujungberung pulang dari pengungsian, mengakibatkan
maraknya kembali kegiatan seni Benjang. Khususnya kegiatan Benjang Helaran
makin menyebar ke seluruh pelosok Ujungberung. Tampilan arak-arakan menjadi
lebih ekpresif dan dinamis.
Pada
tanggal 15 Maret 1956, Somawidjaja Engkon Sadikin merestorasi kembali paguyuban
Benjang ‘Soerja Kontjara’ dengan nama baru Persatuan Benjang Pencak Silat
(PBPI) ‘Soerja’. Hal ini dilakukan untuk menghimpun kembali para tokoh dan
seniman Benjang yang sempat tercerai-berai.
Menjelang
akhir tahun 1950-an terjadi pewarisan pimpinan kelompok benjang Ciwaru dan
Cigupakan. Kelompok Al Wasim mewariskan pengelolaan kelompok mereka pada anak
asuh Al Wasim, yaitu Salhasik (Bah Asik). Sedangkan kelompok
Cigupakan menyerahkannya pada menantu Asnarif yaitu Sumarta (Bah
Ata).
Ditangan
Salhasik kelompok ini kurang berkembang sehingga pada tahun 1959, Ama Karma dan
Ukria memisahkan diri dari kelompok Al Wasim, dan membentuk kelompok
sendiri yang bermarkas di Desa Cipanjalu. Karena letaknya lebih dekat ke
Ibukota kecamatan, maka kelompok baru ini maju dengan pesat. Akhirnya
pengendalian pengembangan seni Benjang khususnya Benjang Helaran kini bergeser
ke kelompok Ama Karma-Ukria dan Sumarta. Praktis kegiatan seni Benjang Helaran
memasuki awal tahun 60-an tidak lagi dipegang sepenuhnya oleh kelompok Ciwaru.
Dalam
pengembangannya kelompok Ama-Ukria dibantu oleh tenaga-tenaga muda sepertiEndang dan Endin (putera
Ama), serta Iding, Sarkus, Eutik, Nahdi (putera
Ukria).
Selain
kelompok Ama dan Sumarta, muncul kelompok lain seperti kelompok Ruba’i dan
Suwita dari Kampung Palintang yang tidak terkait secara langsung dengan
kelompok Ciwaru, Cigupakan, atau Sekemandung. Kelompok ini didirikan merupakan
hasil musyawarah seluruh warga kampung Waditra dan proferti seni merupakan
hasil swadaya masyarakat. Pembentukannya didasarkan kepada alasan ekonomis ,
karena pada waktu itu Kampung Palintang yang letaknya (± 8 km Alun-Alun
Ujungberung) sangat terpencil dari perkampungan lainnya.
Masih
di luar kelompok Ciwaru dan Cigupakan, lahir pula kelompok-kelompok lain
seperti grup Benjang Helaran pimpinan Junasik dari Kampung
Gadog, Sahuri dari kampung Ciharegem penerus kejayaan Kelompok
Mad Ro’i. Darya (Balong Saladah), Saptari (Sekemandung)
dsb.
Pada
tahun 1959, atas desakan para sesepuh desa, maka kelompok Ciwaru kembali
mendirikan grup seni benjang Helaran baru di bawah pimpinan kakak beradik Barna dan Basar.
Tahun
1961 kelompok Ama-Ukria mulai memasukkan bentuk ‘liong’ ke dalam tampilan grup
Benjang Helaran, sehingga bentuk helaran ini bertambah semarak.
Memasuki
tahun 1963, kelompok Ukria memisahkan diri membentuk kelompok baru bernama
“Panca Warna” dan pemberian nama itu ditujukan untuk mengingatkan kembali pada
para pendahulu mereka dari Ciwaru. Kelompok ini bertempat di Kampung Karang
Anyar (± 300 m) dari Alun-Alun Ujungberung. Grup Benjang Helaran ini
berturut-turut dipimpin oleh para putera Ukria. Yang pertama dipimpin
oleh Iding (Putera Ukria tertua), Sarkus, Eutik, Nahdi dan
sejak tahun 2004 dikelola olehYuyun (menantu Nahdi).
Sepanjang
tahun 1950 hingga tahun 1960-an, seni Topeng Benjang mengalami perkembangan
yang sangat pesat dengan ditandai munculnya para penari lapisan lain. Seni
Topeng Benjang pun berkembang ke bentuk seni teater tradisional.
Menjelang
tahun 1965, mulai ada upaya beberapa seniman Benjang untuk kembali lebih
mengutamakan gerak Tari Topeng Klasik yang berpola. Usaha ini dipelopori oleh Ono (Kelompok
Ama Karma) dan Otoy (Kelompok Darya).
Dengan
begitu muncul dua kelompok penari; pertama, penari “Topeng Buhun”
(buhun=kuno, tua), penari topeng yang tetap pada cara lama, dengan tarian
Topeng Benjang yang tidak berpola.Kedua, penari “Topeng Baru” yang
menari dengan dasar Topeng Klasik murni yang berpola. Para tokoh Topeng Buhun
diantaranya: Sadik, Sanang, Kahyat (kelompok
Sumarta-Cigupakan), Dana,Iling (Kelompok
Barna-Ciwaru), Asji dan Adang (Ciporeat), Kosasih dan Oyod (Sekemandung).
Kelompok Topeng Baru diantaranya: Ono (Kelompok Ama
Karma), Otoy dan Enih Sutija(Kelompok Darya).
Di
Benjang Gulat pada periode ini hingga awal tahun 1960, peta kekuatan semakin
menyebar mendekati ibukota kecamatan. Muncul jawara-jawara baru,
diantaranya: Opo (Pasir Angin), Suhadialias Cep
Mangkurat (Cigending), Sarkus (Babakan
Teureup), Mansur (Babakan Sayang), Oleh dan Habib (Cibiru), Den
Padma (Nagrog), Djumadi (Sekehonje), Otoy (Cileunyi), Ahmad(Cijambe), Djuwita, Bardjo,
dan Utja (Gede Bage), Mail dan Surja (Ciluncat), Lili (Andir),
danEman Suhada alias “Maliu Muda” (Cigending).
Seni Berokan dari
Indramayu ini memiliki properti ‘kuda lumping’ serta ‘barong’ yang mirip
dengan ‘bangbarongan’ pada seni Benjang Helaran. Dimungkinkan seni Benjang
Helaran agaknya terpengaruh penampilan seni tersebut.
Rupanya tidak hanya seni Berokan yang
memiliki properti sama dengan Benjang. Di Kabupaten Jepara terdapat seni
arak-arakan “Barongan” yang memiliki bentuk barong yang sama
dengan bangbarongan pada seni Benjang Helaran.
Di daerah Cibiru, hingga Cileunyi
terdapat Seni Reak. Seni ini memiliki waditra mirip Waditra
Seni Benjang, dengan penambahan waditra ‘reog’ dan ‘angklung’ yang biasanya
dimainkan pada pertunjukan Seni Buncis. Menurut beberapa tokoh
seni setempat, bahwasanya Seni Reak merupakan perkembangan dari Seni Benjang.
|
Bapak
Suhardjadiredja alias Sukria (1922 – 20..), cucu
Natadiredja, tokoh Benjang Ciharegem, tinggal di Cigending. Sebelum masa
Agresi Belanda II, ia tinggal di sekitar Kampung Ciharegem (Kampung Pasir
Tengah – sekarang). Beliau banyak bertutur tentang sejarah perkembangan seni
Benjang – Ciharegem.
|
Bapak Ono, ia menjadi
penopeng sejak usia sekolah dasar, diawali sebagai penari topeng sandiwara
keliling “Sri Murni”. Menjelang remaja, oleh ayahnya (Ama Karma) ia
dilibatkan dalam kegiatan pentas Topeng Benjang. Kini ia bersama kedua
saudaranya, Bapak Iding dan Bapak Onang,
mengasuh Grup Benjang “Pusaka Wangi” di Kampung Ranca, Kecamatan Ujungberung.
Lain lagi pengalaman Bapak Yaya
S. Atau lebih dikenal dengan sebutan Ua Akuy (penyiar
radio “Barani”). Di akhir tahun 1960-an, saat masa kanak-kanak ia sangat
tergila-gila pada seni Benjang Gulat, namun ayahnya sangat menentang keras
hobi putranya itu. Pada suatu pagelaran, ia memperoleh kesempatan untuk maju
ke arena dan tak sengaja mendapat lawan yang jauh lebih tua dan besar. Sudah
tentu, ia menjadi bulan-bulanan musuhnya hingga babak belur. Sampai di rumah,
ia pun dihukum oleh ayahnya, yaitu dikurung di dalam kamar selama dua hari.
Namun, hal yang tak mengenakan itu tak membuatnya jera sama sekali.
|
Bah Sidik (1942 –
20..) tinggal di Kampung Pasir Angin. Beliau adalah generasi terakhir
penopeng benjang Kelompok Sumarta dari Kampung Cigupakan. Sejak tahun 2003,
ia kembali aktif mengembangkan seni Topeng Benjang bersama Grup Benjang
“Mekar Budaya” pimpinan Bah Ucun dari Kampung Cipatat- Cikalmiring. Beliau
tergolong salah seorang seniman Benjang yang cukup komplit. Selain menguasai
Tari Topeng Benjang, ia pun bisa bermain Benjang Gulat, menabuh semua
waditra, hingga memainkan properti Benjang.
|
Ukuran berat badan tidak menjamin
seorang pebenjang akan memenangkan pertandingan dari lawannya yang lebih
kecil badannya. Itu telah dibuktikan sejak dulu oleh para pebenjang
tradisional. Sebut saja misalnya pebenjang tahun 1940-50-an, Eman
Suhada. Ia memiliki tubuh tidak terlalu besar tetapi sering bisa
mengalahkan lawannya yang badannya jauh lebih besar. Kepandaiannya memadukan
teknik serta kekuatan otot menjadikan ia sangat disegani oleh lawan-lawannya,
sehingga di kalangan pebenjang ia digelari “Maliu Muda”. Maliu sendiri adalah
seorang juara wrestling yang telah beberapa kali memperoleh
gelar Champion of Java.
|
G. Masa Orde
Baru (1966-1998)
Memasuki
awal orde baru frekuennsi kegiatan seni benjang tampak menrun, hingga beberapa
kelompok benjang menghentikan kegiatanya. Kepakuman tersebut menjadikan para
pemain dari kelompok yang pakun tersebut memisahkan diri dan membentuk
kelompok-kelompok baru. Kemudian mereka memberi nama baru untuk kelompok yang
mereka dirikan.
Pada
pertengahan tahun 70-an ini, property jampana/tandu tidak digunakan lagi.
Sebagai gantinya, anah khitan diarak dengan seekor kuda atau sebuah jampana
berbentuk singa. Pada saat itu pada pertunjukan seni benjang Helaran disertakan
pula salah satu jenis kesenian lainya, yaitu seni kuda renggong atau singa
depok, yang khusus mengarak anah khitan.
Pada
awal tahun 1978, kelompok Darya melakukan inovasi dengan menghadirkan pemain
“kepang wanita” dan membuat jampana bentuk baru yang disebut “kuda depok”.
Jampana ini berbentuk boneka kuda dari kayu,merupakan adaptasi perpaduan dari
bentuk seni kuda renggong dan singa depok. Usaha ini tidak berlangsung lama
karena masyarakat seni ini belum bisa menerima inovasi seperti itu. Kelak usaha
menghadirkan kelompok menari “kepang wanita” diteruskan leh
kelompok benjang Helaran “mekar harapan” pimpinan asep K. dari
kampunng cigupakan.
Di
seni Benjanng Gulat, memasuki era tahun 1960-1970, kegiatanya semakin marak
dengan munculjawara-jawara baru, di antaranya sang legendaries Nahdi dan Adang
Hakim.
Semaraknya kegiatan benjang gulat dan
helaran tidak diikuti oleh topeng benjang. Kegiatan ini cenderung menurun dan
akhirnya terhenti dikarenaan alasana ekonomis. Alas an itupun menjadikan
pergelaran seni benjang tidak lagi dihadirkan dalam satu paket.
Hingga pertengahan tahun 1970-an,
kegiatan benjang gulat masih digelar. Kelompok Panca Warna dibantu olh keluarga
Aspali berinisiatif menggelar benjang gulat di sekitar terminal dan alun-alun
Ujung Berung.
Dari akhir tahun 1960 hingga 1975,
lahirlah jawara-jawara baru. Kemudian akhirnya Abdul Gani mengikuti jejak
pendahulunya, Adang Hakim untuk menekuni olah raga gulat. Pada tahun 1969
keduanya terdaftar menjadi atlet gulat andalan Jawa Barat. Puncaknya pada bulan
agustus 1969, Abdul Gani berhasil meraih medali emas di kelas gaya Yunani
Romawi 52 kg, pada PON VII di Surabaya.
Memasuki pertengahan tahun 1970,
terjadi pergeseran nilai di tengah masyarakat seiring dengan makin
berkembangnya daerah itu. Frekuensi pergelaran benjang mulaim menurun. Ditandai
dengan keluarnya larangan untuk menggelar pertunjukan benjang gulat, karena
sudah dinilai tidak lagi menjunjung nilai sportifitas, sehingga sering menimbulkan
tawuran antar warga. Walau terkena larangan di wilayah Ujung Berung atas (tonggoh),
pada periode ini seni Benjang Gulat masih tetap digelar walaupun frekuensinya
sangat minim. Namun pada periode ini tetap lahir jawara-jawara Benjang yang
beberapa di antaranya tercatat sebagai atlet gulat.
Kejadian ini juga mengimbas kegiatan
Benjang Helaran, walau dari pertengahan 70-an hingga awal 80-an bermunculan
kelompok baru, tetapi kelompok itu tidak bisa bertahan lama. Namun secara umum
seni Benjang Helaran masih diminati oleh masyarakat, walau baik kualitas dan
kuantitasny amenurun bila dibandingkan pada masa kejayaannya di awal tahun 1950
hingga tahun 1966.
Menurunnya frekuensi berkesenian baik
kualitas ataupun kuantitas tidak hanya teralami oleh seni Benjang saja tetapi
dialami juga oleh cabang seni tradisional lainnya yang ada di Ujungberung.
Menyadari akan hal itu, memasuki pertengahan tahun 1970-an ini sekelompok
seniman dan budayawan Ujungberung yang tergabung dalam Paguyuban Seni “Kandaga
Kancana”, berusaha menggali kembali dan melestarikan berbagai seni tradisional
Sunda buhun yang hidup di Ujungberung di antaranya; Ketuk Tilu Buhun, Buncis,
Tembang Sunda, Reak, dan khususnya Benjang Helaran dan Tari Topeng Benjang.
Kelompok ini pun menjadi perantara dan wadah bagi siapa saja yang ingin
meneliti atau mempelajari seni-seni tersebut baik bagi peneliti asing ataupun
lokal.
Usaha kelompok paguyuban ini berhasil
mengangkat seni-seni buhun tersebut ke ajang yang lebih luas. Seni Benjang,
khususnya waditra Benjang, walau masih dipadukan dengan seni lainnya mulai
tampil pada acara pembukaan “Jakarta FATA 1974”, dan Pementasan Seni Budaya di
Gedung Kesenian Madison, USA pada tanggal 17 November 1984.
Pada tanggal 25 s.d. 27 Desember 1982,
sekelompok pemuda yang tergabung dalam organisasi “Teater Nada” di bawah
pimpinan Denny Hamdan, mengadakan Festival Benjang yang pertama.
Kegiatan ini diadakan untuk menggairahkan kembali aktifitas Benjang Gulat yang
sempat terhenti karena larangan pemerintah.
Pada tanggal 11 – 13 September 1988,
Yoyo TSA, yang pada waktu itu masih menjabat Pemiliki Kebudayaan Kecamatan
Ujungberung, membawa seni Benjang yang diwakili seni Tari Topeng Benjang
mengikuti “Festival Tari Rakyat Nasional” di Gedung Pusat
Kesenian Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Pada ppergelaran tersebut, seni Tari
Topeng Benjang masuk ke dalam Sepuluh Besar Nasional.
Pada tanggal 11 Januari 1989 bertempat
di Aula Rumah Makan Ponyo, diadakan saresehan para tokoh Benjang. Hasil dari
pertemuan itu dibentuklah organisasi Benjang yang pertama sejak masa Orde Baru
dengan Nunung Aspali terpilih sebagai ketuanya.
H. Masa Orde Reformasi (1999 - ...)
Kepakuman
seni Benjang Gulat yang cukup lama telah mengetuk hati para birokrat. Atas
prakarsa Drs. H. Maman Abdurachman (saat itu menjabat sebagai
Camat Ujung Berung) dan Ir. H. Farid Muliadi (ssat itu
menjabat Patih Kotamadya Bandung), pada tanggal 16 Juni 2000 dibentuklah
“Panguyuban Mitra Seni Benjang Bandung Raya”, yang diketuai
oleh Aam Amin Santosa, salah seorang tokoh silat Bandung.
Panguyuban tersebut berupaya membangkitkan kembali gairah frekuensi seni
Benjang khususnya pencabutan larangan pergelaran seni Benjang Gulat yang sudah
diterapkan sejak tahun 1977.
Setelah
panguyuban tersebut terbentuk, frekuensi pergelaran seni Benjang Gulat mulai
marak. Seiring dengan makin berkembangnya kembali seni ini, baik perilaku seni
maupun penikmat seni ini mulai mengalami beberapa masalah salah
satunya adalah perpecahan. Untuk menghindari hal tersebut pada bulan September
2000 para tokoh Benjang kembali mengadakan pertemuan untuk mendirikan
“Panguyuban Seni Gulat Tradisional Benjang Kodya Bandung” dimana Abdul
Gani, tokoh Benjang akhir tahun 1960-an, terpilih menjadi ketuanya.
Sejak
terbentuknya panguyuban tersebut, mulai bermunculan paguron - paguron benjang
yang melatih para pe-Benjang Gulat, grup-grup Benjang Helaran, serta
padepokan-padepokan Benjang, diantaranya : Padepokan Rajawali Biru (Kmp.
Cigending) yang diketuai oleh Drs. Nunu Nugraha M. Si., Padepokan
Rajawali Putih (Kmp. Sukalihah) diketuai oleh Amar, Padepokan
Bukit Paratag (Kmp. Paratag Kulon) yang diketuai oleh Teddy
Sy. Yudistiaddy, Sip.
Seiring
dengan lahirnya parugon-parugon dan padepokan-padepokan mulai digelar beberapa
event penting kegiatan seni Benjang di antaranya:
a. Festival
Benjang Gulat yang
merupakan kalender rutin tahunan dari pengurus panguyuban Benjang Kota dan
Kabupaten Bandung.
b. Festival Benjang Gulat se-Jawa Barat yang diselenggarakan oleh pengurus Benjang Gulat jawa
Barat.
c. Festival
Benjang Helaran se-Bandung Raya yang diselenggarakan oleh Konsorsium Mahasiswa
Ujung Berung.
d. Festival
Benjang Anak 2001 yang diselenggarakan oleh komponen ormas pemuda dan masyarakat kampus
yang tergabung dalam “Pemuda Peduli Benjang”
e. Gelar Seni
Benjang di
Alun-alun Ujung Berung yang diselenggarakan dua minggu sekali oleh BKPMK Ujung
Berung bekerja sama dengan Disbudpar Kota Bandung
f. Gelar Benjang di setiap
padepokan dan paguron
Pada tanggal 12-13 September 2003.
Pengurus Panguyuban Seni Benjang Gulat Tradisional Kota Bandung memprakarsai
terselenggaranya MUSDA (Musyawarah Daerah) Seni Benjang Gulat se-Jawa Barat
dengan hasil berupa kesepakatan mengangkat Drs. H. Uu Rukmana,
tokoh silat dan juga merupakan sesepuh Benjang, sebagai Ketua Umum dan Drs.
Andang Segara sebagai Ketua Harian. Pada MUSDA itu mengukuhkan dengan
pasti kedudukan seni Benjang Gulat masuk dalam binaan PGSI (Persatuan Gulat
Seluruh Indonesia) Jawa Barat yang merupakan cabang induk organisasi KONI
(Komite Olahraga Nasional Indonesia) Jawa Barat.
Wah, sumber tulisannya dicantumkan atuh. Saya yang nulis bukunya kecewa berat.
BalasHapus¬ hal yg tidak pernah terbayangkan kini menjadi kenyataan,dengan keluarga saya untuk AKY SANTORO kami ucapkan banyak terimah kasih karna berkat BANTUAN AKY SANTORO ALHAMDULILLAH keluarga kami bisa lepas dari segala HUTANG HUTANG. karna nomor togel yang di berikan KY SANTORO YAITU-4D. nya BENAR BENAR TERBUKTI TEMBUS 100% DAN SAYA MEMENANGKAN.125 juta.ALLHAMDULILLAH saya bisa menutupi semua tuhang hutang saya.dan MOTOR saya yg dulunya aku gadaikan,kini sudah di tebus kembali.dan kami juga sudah membuka usaha kecil kecilan,kami tidak menduga KY SANTORO TELAH MERUBAH NASIB KAMI DALAM SEKEJAP.dan hanya AKY SANTORO Lah DUKUN TOGEL YANG PALING BERSEJARAH DI KELUARGA KAMI.ini adalah benar benar kisah nyata dari saya.dan saya tidak malu menceritakannya.semua tentang kesusahan yg perna saya jalani.karna di situlah saya mulai berfikir bahwa mungkin masih banyak saudara kami yg membutuhkan bantuan seperti saya.yang ingin seperti saya silahkan hub AKY SANTORO DI NOMOR(_0823_1294_9955_).DI JAMIN 100% TEMBUS.JIKA ANDA PENUH KEPERCAYAAN DAN KEYAKINAN SILAHKAN ANDA BUKTIKAN SENDIRI.DAN SAYA SANGAT YAKIN BAHWA ANGKA GHOIB YANG DI BERIKAN KY SANTORO DAPAT MERUBAH NASIB ANDA SEPERTI SAYA.SEBELUMNYA SAYA MOHON MAAF KALAU ADA PERKATAAN SAYA YANG KURANG SOPAN.TOLONG DI MAAF KAN.TERIMAH KASIH.THANK'Z ROOMX ZHOBATH.!!!
HapusBetul pa anto, kalau begini caranya referensinya jadi hilang jejak. Dan datanya di anggap mengarang
BalasHapussaya PAK SLEMET posisi sekarang di malaysia
BalasHapusbekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259
tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan
saya PAK SLEMET posisi sekarang di malaysia
bekerja sebagai BURU BANGUNAN gaji tidak seberapa
setiap gajian selalu mengirimkan orang tua
sebenarnya pengen pulang tapi gak punya uang
sempat saya putus asah dan secara kebetulan
saya buka FB ada seseorng berkomentar
tentang AKI NAWE katanya perna di bantu
melalui jalan togel saya coba2 menghubungi
karna di malaysia ada pemasangan
jadi saya memberanikan diri karna sudah bingun
saya minta angka sama AKI NAWE
angka yang di berikan 6D TOTO tembus 100%
terima kasih banyak AKI
kemarin saya bingun syukur sekarang sudah senang
rencana bulan depan mau pulang untuk buka usaha
bagi penggemar togel ingin merasakan kemenangan
terutama yang punya masalah hutang lama belum lunas
jangan putus asah HUBUNGI AKI NAWE 085-218-379-259
tak ada salahnya anda coba
karna prediksi AKI tidak perna meleset
saya jamin AKI NAWE tidak akan mengecewakan